berita PAKKI
https://web.pakki.org/storage/artikel/335-menteri-ketenagakerjaan-yassierli-hadir-di-ajang-wso-indonesia-safety-culture-award-wisca-di-jakarta-jumat-252025-1746267860907.jpeg

Menaker Tekankan Pentingnya Hubungan Industrial Harmonis untuk Bangun Budaya K3 yang Berkelanjutan

Jakarta, 3 Mei 2025 — Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli, menyoroti pentingnya hubungan industrial yang harmonis dalam men...

05 Mei 2025 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

Jakarta, 3 Mei 2025 — Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli, menyoroti pentingnya hubungan industrial yang harmonis dalam menciptakan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang kuat di seluruh sektor industri. Hal ini disampaikannya saat menghadiri WSO Indonesia Safety Culture Award (WISCA) 2025, Kamis (2/5), di Jakarta.

Dalam sambutannya, Yassierli menyatakan bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia masih cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan. Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, hingga Oktober 2024 tercatat 356.383 kasus kecelakaan kerja, sementara di tahun 2023 terdapat 370.747 kasus, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya.


“Kita tidak bisa membangun budaya K3 hanya dari regulasi. Hubungan industrial yang sehat, dialog yang terbuka antara manajemen dan pekerja, adalah faktor kunci yang menentukan apakah budaya K3 bisa tumbuh kuat di perusahaan,” ujarnya.


K3 Bukan Sekadar Kewajiban, Tapi Bentuk Kepedulian

Menaker Yassierli menekankan bahwa K3 harus dipandang bukan sekadar kewajiban hukum, melainkan bagian dari kepedulian bersama di lingkungan kerja. Ia menyebut, sudah saatnya paradigma soal K3 bergeser dari “compliance” (saya harus) menjadi “care” (saya peduli).


Menurutnya, tanpa hubungan kerja yang saling menghargai dan komunikasi yang efektif, penerapan K3 cenderung hanya formalitas di atas kertas.


Terapkan Pendekatan 3E untuk Budaya K3 yang Tangguh


Yassierli juga menyampaikan perlunya penerapan pendekatan 3E: Engineering (perbaikan teknis dan sarana kerja), Education (peningkatan pemahaman dan kesadaran pekerja), serta Enforcement (penegakan aturan yang tegas dan konsisten).


“Pendekatan ini harus dilakukan secara simultan oleh pemerintah, pengusaha, dan pekerja. Karena keselamatan kerja bukan cuma soal prosedur, tapi soal kepedulian terhadap sesama di tempat kerja,” tambahnya.


Budaya K3 sebagai Penopang Produktivitas Nasional


Selain menekan angka kecelakaan kerja, budaya K3 yang kuat diyakini dapat mendorong produktivitas nasional. Menaker menyebut bahwa perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan karyawan cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dan SDM yang loyal.


Di akhir sambutannya, Yassierli mengajak seluruh perusahaan untuk menjadikan K3 sebagai bagian dari strategi bisnis, bukan sekadar pemenuhan regulasi.


“Kalau perusahaan maju, pekerja sejahtera. Visi Indonesia Emas 2045 hanya bisa kita capai bila kita punya budaya kerja yang sehat, produktif, dan aman bagi semua,” pungkasnya.


Acara WISCA 2025 turut dihadiri para pelaku usaha, asosiasi industri, pakar K3, serta perwakilan pekerja dari berbagai sektor. Beberapa perusahaan pun mendapatkan penghargaan atas komitmen dan implementasi budaya K3 yang dinilai baik sepanjang tahun 2024.